AKUNTANSI INTERNASIONAL
Nama Kelompok :
1.
Merrienda Utami
(24212552)
2.
M. Azmi Ghani
Usach (24212900)
4EB13
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
Penyesuaian Tingkat
Harga Umum
A.
DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan
perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang
terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga
( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum
dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan
harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga
seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan
harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation ), sedangkan penurunan
harga disebut deflasi ( deflation ).
Inflasi telah menjadi fakta yang
penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang
moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan
mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat,
FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh
perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan
ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala pengukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
B.
DAFTAR ISTILAH AKUNTANSI INFLASI
Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu
pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori atau biaya
penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu.
Kekayaan yang dapaat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih
suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva
bersih.
Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya
beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa
perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi
sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah
disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya
kini suatu aktiva nonmoneter.
Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi
pada saaat tingkat harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih
dari 25 % pertahun.
Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh
barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang
tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara
umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar
jumlah mata uang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku
bunga tetap.
Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara
umum yang terjasi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan
harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu
usaha dalam menjalankan operasinya.
Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan dengan perubahan harga.
Aktiva Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya
klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang
mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan
tuan rumah.
Kewajiban Mometer. Suatu utang yang tidak mengharuskan
pembayaran jumlah kas tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva
tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah
deplasi atau amortisasi.
Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana
pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang
representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter
untuk memperoleh barang dan jasa.
Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk
perubahan harga.
Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi
jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada
saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar
negeri yang beralokasi disebuah lingkungan berinflasi.
Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk
komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
Metode tranlasikan-nyatakan kembali. Suatu metode
konsolidasi pertama-tama dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak
prusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan
kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
Jumlah mata uang yang disesuaikan
terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang
konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang
belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai
contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan
didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang
nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode
kini, pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya
yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat
aktiva tersebut dibeli.
C. Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur
dengan indeks tingkat harga dalam bentuk S p, q,/ S poqo,
dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu
indeks harga adalah rasio biaya. Sebagai contoh, jika sebuah keluarga yang
terdiri dari empat orang menghabiskan uang sebanyak $20.000 untuk membeli
sebuah keranjang barang dan jasa yang representatif pada akhir tahun 1 (tahun
dasar = awal tahun 2) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun
kemudian (awal Tahun 3), indeks harga akhir tahun pada Tahun 2 adalah
$22.000/$20.000 atau 1.100. angka ini menunjukkan adanya laju inflasi sebesar
10% selama Tahun 2.
D. Penggunaan indeks harga
Angka indeks harga digunakan untuk
mentranslasikan jumlah uang yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode (yaitu daya beli konstan biaya
historis). Metode yang digunakan adalah sebagai berikut ;
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd
= PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c =
periode kini
td = tanggal
transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Angka-angka tingkat harga yang telah
disesuaikan tidak mewakili biaya kini pos-pos yang dimaksud; angka-angka
tersebut masih merupakan biaya historis. Angka-angka biaya historis hanya
disajikan ulang dalam unit pengukuran yang baru-daya beli umum pada akhir
periode. Apabila transaksi terjadi secara merata dalam suatu periode (sepertj
halnya pendapatan dari penjualan barang atau jasa), penyesuaian tingkat harga
melalui jalan pintas dapat dilakukan. Pada saat menyatakan pendapatan dalam
ekuivalen daya beli akhir periode, bukan dengan menyesuaikan pendapatan setiap
hari terhadap tingkat harga (perhitungan sebanyak 365 kali!), tetapi dapat
digunakan cara dengan mengalikan seluruh pendapatan dalam satu tahun dengan
rasio indeks akhir tahun terhadap indeks rata-rata tingkat harga umum selama
tahun tersebut.
E. Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Sekarang kita melihat ulang secara
singkat istilah-istilah konvensional laba perusahaan. Secara tradisional, laba
(yaitu kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian dari kekayaan perusahaan
(yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode
akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga berada di bawah posisi awal.
Dengan demikian, akuntansi konvensional
mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik dari perusahaan tanpa
mengurangi jumlah uang yang menjadi modal awalnya. Model daya beli konstan
biaya historis menganggap selisih perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga
perusahaan mampu membayarkan seluruh labanya sebagai dividen, sementara
memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Darimana datangnya kerugian moneter?
selama inflasi, perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan operasinya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, klaim terhadap atau kewajiban untuk membayarkan mata uang
dengan jumlah yang tetap di masa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang
usaha, yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban
moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungan
daya beli selama inflasi.
Berkebalikan dengan akuntansi
konvesional, laba yang dihitung dengan model daya beli konstan harga historis.
Namun demikian, mengambil dana membuat kekayaan perusahaan pada akhir periode
menjadi besar, sehingga memberikan kepada perusahaan daya beli yang sama pada
akhir periode dengan awal periode.
F.
PENYESUAIAN BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional
dalam dua aspek utama yaitu :
(1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan
biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini
dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai
kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus
kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan.
(2) Kedua, laba
didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu
jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu
periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan
modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat
indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga
tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
G. Biaya
Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan
untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat
umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang disebut sebagai model biaya
kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun
khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini
adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen pada daya beli
akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba
atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya
kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada
biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan
bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang
disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari
aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang
dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas
pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter
akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar
mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga
kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal
atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa
komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang
harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :
Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir,
keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian
atau manufaktur.
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan
yang dinyataan ulang.
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan
disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional
Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian
bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des
20XX, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah
tanggal tersebut.
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang
aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat
ditentukan oleh penilai independent.
- Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor
inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.
- Ketidakcukupan dalam penyajian ulang
ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar
dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
- Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter
Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva
nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
- Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian
awal angka-angka laporan keuangan
H.
SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara bereksperimen dengan
pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku
dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat
keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan
pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami
praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah
pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting
Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan
Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang
bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah
dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima tahun mencoba
melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini.
Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk pengukuran dasar pelaporan keuangan
utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi informasi beban
historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah
sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
- Pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
- Biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
- Pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan
untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelaporan di AS untuk
mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya beli
tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan
keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa
mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan
informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terkini :
- Penjualan
bersih dan pendapatan operasi lainnya
- Laba
dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
- Keuntungan
atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
- Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang
lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi (
perubahan tingkat harga umum )
- Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi
- Aktiva
bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
- Laba
per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
- Deviden
per saham biasa
- Harga
pasar akhir tahun per lembar saham biasa
- Tingkat
Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang
digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas
data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata
setara daya beli (atau diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok
(1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli
tetap biaya kini berbeda secara signifikan dari laba biaya historis, maka
perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup
operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan konsolidasian
perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai
mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif
mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local
sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya
menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan perusahaan untuk
menggunakan metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing
kemudian mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan
inflasi dapat menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum
asing.
INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris
( Accounting Standard Committee-ASC ) menerbitkan Pernyataan
Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting
Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun
pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
- Standar
AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
- Penyesuaian
inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan
penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan
pelaporan :
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis
- Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33
mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan
SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan
harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja
moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total
modal kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut
penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap
aset nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan, beban penjualan, dan modal
kerja moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan
bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan penyusutan tidak harus
dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak
diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang
dihitung oleh indeks harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.
Daftar Pustaka :